SINOPSIS LAGU
Artis : D’jamet
Judul : M A A F
Cipta : Sumarna, SE.
Scriptwriter : Abu Solaiman
Mengisahkan seorang lelaki
setengah baya pemulung botol mineral
bekas, yang sederhana dalam pemikiran
dan sifat, religius dan selalu sabar serta mencintai keluarga serta
pekerjaannya walau pun pekerjaannya itu bagi sebagian orang dianggap sebelah
mata. Dia mempunyai seorang isteri sayang sabar dan
seorang anak perempuan berumur empat tahun, buah hati pernikahan mereka bedua.
Isterinya seorang penyabar pula walau hidup serba kekurangan tetapi tidak
pernah menuntut sesuatu hal yang lebih dari kemampuan suaminya. Mereka tinggal
disebuah kamar kontrakan kecil di tengah megahnya kota Jakarta, sangat
sederhana bahkan mungkin terkesan kumuh. Tetapi suami isteri itu selalu
bersyukur, giat bekerja dan beribadah.
Lelaki itu berniat
membelikan anak perempuan satu – satunya sebuah boneka “masha” yang memang sedang nge-trend
saat itu dan sangat diinginkan anaknya. Dan sepasang mukena berikut sajadah
baru untuk isterinya yang memang ketika shalat
berdua dia perhatikan mukenanya sudah usang, bahkan sajadahnya pun telah
robek. Secara diam-diam dia menyisihkan
sedikit uang recehan hasil penjualan
botol bekas yang dikumpulkannya berhari-hari. Uang itu dimasukannya didalam kotak
kardus bekas kain sarung dan disimpan diatas lemari usang tanpa diketahui
isterinya, karena ingin memberikan kejutan. Sedikit pun uang tersebut tidak dia
pakai bahkan membeli obat untuk dirinya sendiri yang mengidap penyakit paru-paru basah yang selama ini disembunyikannya pula
dari isterinya tentang penyakitnya itu karena tidak mau isterinya menjadi beban
pikiran.
Pada suatu hari
ketika lelaki itu sedang memungut botol bekas dipinggir jalan dia dikejutkan
oleh kedatangan isterinya berlari-lari kecil
memegang kotak kardus uang simpanannya. Ternyata isterinya salah paham
menganggap dia tidak jujur, karena menyimpan uang disaat mereka membutuhkan. dengan
sabar lelaki itu mencoba menjelaskan, tetapi karena isterinya dalam keadaan
emosi mereka malah berdebat ringan. Akhirnya sambil menangis kotak uang itu
oleh isterinya diserahkan kepadanya dengan sedikit kasar lalu bergegas pergi.
Lelaki itu tertegun memegang
kotak kardus uang sesaat setelah isterinya pergi, dia mengingat-ingat takut kalau ada perkataannya tadi menyinggung
isterinya. Malam itu dikontrakan sederhananya dia meminta maaf dan menjelaskan
semua dengan lembut kepada isterinya kecuali tentang penyakitnya yang tetap dia
rahasiakan. Isterinya terdiam tidak tahu harus bagaimana, lelaki itupun memaklumi
dan menyadari kekhilafannya karena kettidak
jujurannya.
Keesokan harinya
ketika lelaki itu tengah memungut botol plastik bekas di pinggir jalan, dia menemukan
dompet dengan surat – surat lengkap dan uang yang banyak. Dia mencari alamat si
pemilik dompet tersebut untuk mengembalikannya. Setelah didapat,
dikembalikannya dompet tersebut, dan si pemilik memberikan hadiah sebuah amplop
putih karena sangat senang dompetnya kembali dan bangga dengan kejujuran si
lelaki. Lelaki itu telah bersusah payah menolak tetapi karena didesak terus
akhirnya dia menerima amplop putih itu juga.
Sambil berjalan
dibukanya amplop itu, terkejut dia melihat uang seratus ribuan berderet rapih
enam lembar. Bibirnya tak henti-henti mengucap
syukur, bergegas dia menuju kaki lima dimana menjual apa yang dia niatkan untuk anak isterinya,
bahkan masih ada sisa untuk diberikan isterinya sebagai rejeki tak terduga dari
Tuhan. Setelah semuanya dia dapatkan, lelaki itu berjalan membawa bungkusan
berisi boneka, sajadah, mukena dan kue-kue untuk
anak isterinya, wajahnya senang sekali, terbayang olehnya nanti ketika pulang
wajah anak isterinya menyambut dengan gembira dengan apa yang dia bawa. tak
dipedulikannya tubuhnya yang lelah, serta batuk yang parah sesekali muncul di
wajahnya yang senang itu. dia berlari-lari kecil
makin cepat ingin sampai dikontrakannya hingga pada saat menyeberang jalan dia tidak memperhatikan sebuah mobil
melaju dengan kencang dan langsung menyambar tubuh lemahnya, dan mobil tersebut melarikan diri.
Sesaat lelaki itu
tergolek antara sadar dan tidak, darah mengucur dari mulutnya matanya redup,
bungkusan dalam genggamannya berpindah dalam pelukannya, erat…sangat
erat…pandangan nya makin kabur, dingin dan sepi, wajah anak isterinya semakin
jelas terlihat tersenyum, diantara sedikit kesadarannya akan orang-orang
yang mulai berdatangan. Lalu semuanya gelap, lelaki itu berpulang, menemui
Tuhannya yang berkehendak lain dengan dirinya, yang terlalu sayang dengan
ratapan doa malam serta kesabarannya dan keikhlasannya.
Terbentanglah sajadah
itu di lantai ubin beralaskan tikar usang, seorang isteri bertakbir mengangkat
tangan di tengah malam dengan mukena putih bersih, tanpa imam…..setiap
takbirnya diiringi airmata deras membanjiri pipi, teringat kata
terakhir…. --- M A A F ---.
Good stories bos, jadi terharu bacanya.
BalasHapustapi ini ngomong-ngomong fiksi apa nonfiksi.